BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR
DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan
Pustaka
Tinjauan pustaka dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian
Efektivitas
Efektivitas merupakan gambaran
tingkat keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah
ditetapkan. Pada umumnya efektivitas juga sering dihubungkan dengan efisiensi
dalam pencapaian suatu tujuan. Padahal suatu tujuan atau saran yang telah
tercapai sesuai dengan rencana dapat dikatakan efektif, tetapi belum tentu
efisien.
Pernyataan di atas senada dengan
pengertian efektivitas yang dikemukakan oleh Drucker dalam Sulistiyowati
(2007:7) yaitu:
“effektivität ist das Verhältnis
von erreichtem Ziel zu definiertem Ziel. Ein Verhalten ist dann effektiv, wenn
es ein vorgegebenes Ziel erreicht. Es ist wenig effektiv, wenn das Ziel nicht
oder nur teilweise erreicht wird. Die ist unabhängig vom zur Zielerreichung
nötigen Aufwand, der anhand des Kriteriums der Effizient beurteilt werden
kann”.
Maksud pendapat di atas yaitu, efektivitas
adalah rasio dari target dicapai untuk target yang ditetapkan. Sebuah perilaku
efektif saat mencapai tujuan tertentu. Hal itu kurang efektif bila target tidak
atau hanya sebagian dipenuhi. Ini tidak tergantung pada upaya yang diperlukan
untuk mencapai tujuan yang dapat dinilai dengan kriteria efisiensi.
Secara umum efektivitas adalah
keberhasilan, pengaruh sebagai akibat perlakuan dari suatau pemanfaatan sumber
daya, sarana, prasarana atau media untuk mencapai tujuan tertentu. Efektivitas menurut
Slamet (2001:1) adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran/tujuan (kuantitas,
kualitas, waktu) telah dicapai. Dalam bentuk persamaan, efektivitas adalah sama
dengan hasil nyata dibagi hasil yang diharapkan. Menurut Prokopenko dalam
Alhadza (2001:5) efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat
keberhasilan mencapai tujuan.
Dari beberapa pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu pengukuran yang menyatakan
hasil, kualitas, kuantitas, waktu dan besarnya manfaat sarana atau media yang
digunakan terhadap tujuan yang dicapai.
2. Pengertian
Laboratorium Bahasa
Laboratorium bahasa mengacu pada
seperangkat peralatan elektro audio video yang terdiri atas Instructure Console sebagai media utama
yang dilengkapi dengan Repeat Language
Learning Maschine, Tape recorder, DVD player,Video Monitor, Headset, dan Student Booth. Dengan laboratorium
bahasa, guru yang kreatif dapat memanfaatkan aneka jenis program pengajaran
bahasa asing baik yang dikemas dalam bentuk kaset, video, maupun CD interakif.
Bahkan, dengan peralatan ini guru juga dapat memanfaatkan media tersebut untuk
mengembangkan kemampuan dirinya dalam memfasilitasi siswa agar terlibat dalam
proses komunikatif secara aktif melaui headset
dan microphone yang tersedia pada masing-masing meja siswa.
Tunner (1998:180), mengemukakan
bahwa “a language laboratory is a room
wich is equipment specially designer for the teaching of language”. Maksud
pernyataan ini adalah laboratorium merupakan suatau ruagan yang dilengkapi
dengan alat-alat elektronik yang khusus dirancang untuk pengajaran bahasa.
Firdaus (2006:67), menyatakan
bahwa laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa mendengar dan
berbicara dalam bahasa asing dengan jalan menyajikan pelajaran yang disiapkan
sebelumnya.
Laboratorium bahasa mempunyai peran yang penting
dalam pembelajaran karena dengan adanya laboratorium bahasa ketertarikan siswa
pada pelajaran tersebut meningkat. Dengan demikian, fasilitas-fasilitas
tersebut memungkinkan semua siswa untuk dapat melakukan latihan berbahasa secara
intensif dan lebih fokus. Kegiatan belajar mengajar di laboratorium bahasa
menjadikan suasana berbeda dibandingkan dengan belajar di kelas. Hal ini
dikuatkan oleh pernyataan Izzan (2007:195), laboratorium bahasa memungkinkan
pelajar dapat melakukan latihan yang intensif dan efektif daripada di dalam
kelas selain itu, peralatan laboratorium bahasa yang didesain secara maksimal
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak bahasa asing secara
signifikan.
Dari beberapa penjelasan di atas
dapat disimpulkan bahwa laboratorium bahasa
mengacu kepada seperangkat peralatan elektronik audio video yang terdiri atas instructor console sebagai mesin utama,
dilengkapi dengan repeater language
learning machine, tape recorder, DVD
Player, video monitor, headset dan students
booth yang dipasang dalam satu ruang kedap suara. Laboratorium
bahasa adalah sebuah ruangan khusus yang di dalamnya dilengkapi dengan berbagai
fasilitis elektronik dan fasilitas pendukung lainnya baik visual maupun audio
visual yang akan dipergunakan dalam proses pengajaran bahasa.
3. Jenis-Jenis
Laboratorium Bahasa
Laboratorium bahasa semestinya
dipandang sebagai media pembelajaran bahasa asing yang memfasilitasi
pengajar/pembelajar untuk dapat bekerja secara lebih efektif. Efektivitas ini
tidak hanya dapat diukur secara kuantitatif melalui hasil pembelajaran dalam
menguasai keterampilan berbahasa yang diharapkan, tetapi juga secara
kuantitatif melalui kajian tentang proses pembelajaran yang diindikasi dengan
meningkatnya motivasi pembelajaran dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Secara umum terdapat dua jenis
laboratorium bahasa menurut Haryanto dalam Aswar (2010:15) yaitu:
“ (a) laboratorium bahasa
Konvensional: dalam laboratorium bahasa
konvensional, perangkat teknologi yang ada di dalamnya adalah tape,
televisi, CD (MP3) dan DVD dan
(b) laboratorium bahasa multimedia: dalam laboratorium multimedia,
perangkat teknologi yang ada di dalamnya adalah komputer, suatu alat yang sudah
bisa mewakili keseluruhan peralatan dalam laboratorium bahasa konvensional. Tape,
televisi, CD (MP3) dan DVD memang memberikan fungsi yang cukup
komplet dalam menunjang proses pembelajaran di laboratorium bahasa”.
Terdapat tiga tipe atau model
laboratorium bahasa yang dikemukakan oleh Jumriani (2009: 7-8), tiga tipe tersebut
adalah:
“ (a) tipe audio passif bentuk laboratorium
bahasa yang paling sederhana hanya terdiri atas sebuah perekam utama dan
beberapa buah headset tanpa mikrofon; (b) tipe audio aktif sudah dilengkapi
dari tipe AP dan mempunyai mikrofon sehingga siswa bisa mendengarkan rekaman
dan juga mengulang apa yang didengar perekam utama; dan (c) tipe audio aktif
comparatif tipe paling lengkap dan merupakan penyempurnaan dari tipe AA setiap
booth memiliki headset dan mikrofon juga dilengkapi dengan sebuah alat perekam dan
console pada kamar guru yang berisi tombol
pengatur segala kegiatan”.
Dari pengamatan yang dilakukan
peneliti saat melakukan observasi di SMA Negeri 1 Barru dapat diketahui bahwa
diantara ketiga tipe laboratorium bahasa di atas, SMA Negeri 1 Barru
menggunakan labotarorium bahasa tipe Audio Passif yang terdiri dari perekam utama dan beberapa
buah headset.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa laboratorium bahasa terdapat tiga tipe atau model yang
umum digunakan di sekolah yaitu: tipe Audio Passif, tipe audio aktif dan tipe
audio aktif comparative. SMA Negeri 1 Barru menggunakan laboratorium bahasa
tipe audio passif yang merupakan tipe
laboratorium bahasa yang paling sederhana.
4. Kegiatan
Belajar Mengajar di Laboratorium Bahasa
Kegiatan belajar mengajar yang
dapat di lakukan di laboratorium bahasa untuk mendapatkan hasil yang baik
hendaknya sejalan dengan kegiatan di
kelas. Baik pokok bahasan maupun sub pokok bahasan yang sesuai dan tepat di kelas
seharusnya diajarkan melalui laboratorium bahasa agar proses belajar
berlangsung dengan baik dan lancar. Selain itu guru tidak terlalu banyak mengeluarkan
tenaga dalam mengajar sebab melalui console/panel,
guru dapat mengontrol kegiatan siswa tanpa harus mendatangi meja siswa satu
persatu.
Berikut Effendy dalam Aswar
(2010:17) membagi kegiatan belajar-mengajar di laboratorium bahasa ke dalam 13
kegiatan yaitu: “ (a) mendengarkan rekaman; (b) menirukan; (c) latihan pola;
(d) tanya jawab; (e) latihan menyimak; (f) mengarang bebas secara lisan; (g)
ulangan sejajar; (h) terjemahan ikutan; (i) terjemahan spontan; (j) tes lisan;
(k) apresiasi sastra; (l) dikte dan transkiripsi; dan (m ) rekaman drama”.
Ada 4 cara yang biasa dilakukan
dalam kegiatan belajar mengajar di laboratorium bahasa seperti yang dikemukakan
oleh Izzan (200:199) yaitu:
“ (a) Broadcast Operation console : program ini ditentukan oleh guru (b) Library Operation: siswa bisa memilih
dan menentukan sendiri program yang dikehendakinya; (c) Dial Accsess Operation: siswa bisa menggunakan broadcast system sesuai dengan pilihan mereka dengan cara menekan
tombol yang terdapat pada booth
mereka; dan (d) Combination Operation:
pengelolaan laboratorium bahasa yang paling efektif, kombinasi atau gabungan
antara broadcast dan library operation yang memungkinkan
siswa bisa melakukan lebih banyak kegiatan di laboratorium bahasa”.
Dari pendapat di atas dapat di
simpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar di laboratorium bahasa terdapat
beberapa kegiatan yaitu: mendengarkan rekaman, meniru, latihan pola, tanya
jawab, latihan menyimak, mengarang bebas secara lisan, ulangan sejajar,
terjemahan ikutan, terjemahan spontan, tes lisan, apresiasi sastra, dikte dan
transkripsi, dan rekaman drama, Broadcast
Operation (ditentukan oleh guru), Library
Operation (guru dan siswa), Dial
Accsess Operation (dapat dilakukan oleh siswa sendiri), dan Combination Operation (gabungan antara
broadcast dan library operation).
5. Manfaat
Laboratorium Bahasa
Laboratorium bahasa merupakan
alat atau media bantu belajar mengajar bahasa. Karena merupakan alat bantu,
tentu saja fungsi utamanya adalah untuk mempermudah proses belajar mengajar
baik di pihak mengajar maupun di pihak yang diajar sehingga pada akhirnya akan
tercipta proses belajar mengajar yang lebih efektif. Sebagai media pengajaran yang sangat berguna dalam proses belajar
mengajar, utamanya dalam proses pengajaran bahasa khsusnya dalam menyiamak,
maka laboratorium memiliki berbagai macam manfaat.
Bahar (2001:13) megemukakan manfaat
laboratorium bahasa di antaranya:
“ (a) siswa dapat mendengar suara
penutur asli bahasa yang dipelajari tanpa bertatap muka langsung dengan
sipemilik suara; (b) siswa dapat mendengarkan suara penutur asli secara
berulang-ulang dari kaset yang diperdengarkan sampai bisa mengerti apa yang
diucapkan oleh penutur; (c)siswa berlatih sendiri tanpa harus menunggu giliran
perorangan sehingga bisa mengurangi rasa malu bila ia melakukan kesalahan; (d)
siswa bisa merekam suaranya sendiri kemudian membandingkannya dengan suara
penutur asli; dan (e) siswa dapat mendengar berbagai macam ragam bahasa dan
dialek yang dipelajari”.
Tiono
(2001:78) mengemukakan:
“Pembelajaran bahasa Jerman melalui laboratorium bahasa dibagi menjadi 4 manfaat dasar yaitu, percakapan (Gesprach),
mendengarkan (Höerverstehen), menulis (Schreiben), dan fungsi
manajemen instruktur dalam mengatur kegiatan belajar mengajar. Artinya proses
balajar mangajar di laboratorim bahasa lebih bervariasi dalam belajar, sehingga
tujuan pembelajaran mudah untuk dicapai”.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa umumnya laboratorium bahasa memiliki manfaat untuk
melatih siswa mendengarkan penuturan bahasa Jerman langsung dari penutur
Jerman sehingga memudahkan siswa untuk membedakan suara penutur asli.
6. Hakikat
Menyimak
Menyimak merupakan kegiatan
mendengarkan bahasa lisan mampu memahami
dan menyimak pesan yang terdapat dalam bahasa tersebut. Menyimak merupakan
kegiatan mendengarkan. Kegiatan menyimak ini dilakukan manusia sehari-hari
dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Tanpa kemampuan menyimak yang
baik, seseorang tentu kesulitan dalam berkomunikasi sehingga dapat menimbulkan
kesalahpahaman antara sesama pemakai bahasa, khususnya bahasa asing.
Seild (2009:6) menyatakan:
“verstehen ist die Fähigkeit, die
Bedeutung von Wörter, Sätzen, Satzreihen, und gefügen, von Textsorten zu
erfassen (semantische und syntaktische Dimension der Sprachaufnahmen) und mit
Hilfe des Muttersprachlichen Vorwissens die Intention des Sprechers
situationsentsprachend zu deuten (pragmatische Dimension)”. Menyimak adalah kemampuan
memaknai kata-kata, kalimat, rangkaian kalimat, menangkap/mengerti isi teks
(secara semantik dan sintaksis bahasa asli) dan memahami maksud pembicara dari
wacana lisan.”
Pengertian menyimak menurut
Tarigan (2008:29) “menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta
interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta
memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran
atau bahasa lisan”. Senada dengan pernyataan di atas, Wahyuni dan Ibrahim
(2012:28) mengemukakan bahwa “menyimak atau mendengarkan merupakan kemampuan
yang memungkinkan seorang pemakai bahasa untuk memahami bahasa secara lisan”.
Abidin (2012:93) mengemukakan
bahwa “menyimak adalah kegiatan aktif yang dilakukan secara sungguh-sungguh
untuk memahami pesan yang terkandung dalam bahasa simakan yang diperdengarkan
secara lisan”.
Pengertian menyimak juga
dijelaskan oleh Saddhono dan Slamet (2012:11) bahwa “menyimak adalah salah satu
proses yang mencakup kegiatan mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi
bunyi bahasa kemudian menilai hasil interpretasi makna dan menanggapi pesan
yang tersirat di dalam wahana bahasa tersebut”. Dengan pengertian lain,
menyimak berarti kemampuan memahami pesan yang disampaikan melalui bahasa
lisan.
Hermawan (2012:32) “ menyimak
merupakan suatu hal yang komplek dan unik, kita menyimak dan memusatkan
perhatian pada beberapa rangsangan karena sifatnya yang mendadak dan atau
menarik perhatian, memiliki kehebatan atau menunjukkan perbedaan”.
Dari pendapat para ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa menyimak merupakan kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan secara seksama dan mampu menangkap informasi maupun pesan
yang tersimpan dalam bahasa lisan tersebut. Kemampuan menyimak adalah suatu
kemampuan berkomunikasi yang dimulai
dari proses mengidentifikasikan bunyi, menyusun penafsiran, pemanfaatan hasil
penafsiran dan proses menghubungkan hasil-hasil penafsiran itu.
7. Tujuan Menyimak
Secara umum tujuan menyimak
adalah untuk menangkap informasi dan pesan yang diungkapkan secara lisan.
Abidin
(2012:95) pembelajaran menyimak dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan.
“Secara esensial minimalnya ada tiga tujuan penting pembelajaran menyimak di
sekolah yaitu: (a) melatih daya konsentrasi siswa, (b) melatih daya paham
siswa, dan (c) melatih daya kreatif siswa”. Saddhono dan Slamet (2012:11) tujuan
menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna
komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran.
Selain
yang telah dijelaskan di atas, masih ada beberapa tujuan lain seseorang menyimak menurut Tarigan (2008:68). Tujuan
tersebut antara lain:
“(a) menyimak untuk mengapresiasi
materi simakan; (b) menyimak untuk mengevaluasi; (c) menyimak untuk menikmati
keindahan audial; (d) menyimak untuk belajar; (e) menyimak untuk
mengkomunikasikan ide-ide; (f) menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi; (g)
menyimak untuk memecahkan masalah; dan (h) menyimak untuk meyakinkan.”
Tujuan pokok pengajaran kemampuan
menyimak atau mendengarkan menurut Syafi’ie (1996:29) adalah agar siswa mahir
atau terampil mendengarkan berbagai bentuk pemakaian bahasa lisan sehingga
mereka mampu menangkap satuan-satuan bentuk kebahasaan dengan cermat. Dan juga
mampu memahami isi berbagai bentuk tuturan dengan cepat dan tepat, mampu
menilainya, serta mampu mengemukakan respon terhadap apa yang didengarnya
dengan penalaran yang baik, secara lisan dan tulis.
Pernyataan di atas senada dengan
pendapat Tarigan dalam Saddhono dan
Slamet (2012:14) yang menyebutkan tujuan menyimak sebagai berikut:
“(a) untuk mendapatkan fakta
dengan cara mendengarkan radio, televisi, menyampaikan makalah, percakapan dan
sebagainya; (b) untuk menganalisis fakta yang berlangsung secara konsisten dari
saat ke saat selama proses menyimak berlangsung; (c) untuk mengevaluasi fakta yang
disampaikan oleh pembicara; (d) untuk mendapatkan inspirasi dari pembicara
orang lain; (e) untuk menghibur diri bagi orang-orang yang lelah, letih, jenuh;
dan (f) untuk meningkatkan kemampuan berbicara.”
Berdasarkan pendapat para ahli,
dapat disimpulkan bahwa tujuan seseorang menyimak beraneka ragam sesuai dengan
kebutuhannya. Namun pada umumnya tujuan seseorang menyimak adalah untuk
memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang disampaikan
oleh pembicara melalui ujaran.
8. Jenis-Jenis
Menyimak
Menyimak merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Tarigan (2008:38) secara
khusus menyimak dibagi ke dalam dua jenis yaitu:” menyimak ekstensif adalah
sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih utama dan lebih bebas
terhadap suatu ujaran, tidak perlu dibawah bimbingan langsung dari seorang
guru; dan menyimak intensif adalah kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol
terhadap suatu hal tertentu”.
Jenis-jenis menyimak dari hasil
simakannya menurut Saddhono dan Slamet (2012:18) yaitu:“(a) menyimak tanpa
reaksi, (b) menyimak pasif, (c) menyimak terputus-putus, (d) menyimak dangkal,
(e) menyimak terpusat, (f) menyimak untuk membandingkan, (g) menyimak organisasi
materi, (h) menyimak kritis, dan (i) menyimak kreatif dan aspiratif.”
Berdasarkan tujuan yang hendak
dicapai menurut Syafi’ie (1996:30) membedakan mendengarkan atau menyimak yaitu: “a) mendengarkan untuk mengikuti
petunjuk melakukan suatu pekerjaan; b) mendengarkan untuk memperoleh informasi;
dan c) mendengarkan untuk menilai”.
Hermawan (2012:44) mengemukakan
jenis-jenis menyimak sebagai berikut:
“ (a)
menyimak secara pasif, penyimak tidak melakukan evalusai terhadap pesan-pesan
pembicara tetapi hanya mengikuti pembicara bagaimana ia mengembangkan pikiran
atau gagasannya; (b) menyimak secara kritis, bertujuan untuk memahami,
megingat, dan menafsirkan setiap yang didengar serta menekankan pada kemampuan
berpikir kritis; dan (c) menyimak secara aktif, memahami dan mengingat apa yang
didengar untuk dapat memeriksa seberapa besar keakuratan pemahaman terhadap
pesan-pesan yang disampaikan pembicara”.
Berdasarkan pendapat para ahli di
atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa macam jenis-jenis menyimak dari
setiap ahli yang berbeda. Namun, dalam penelitian ini jenis menyimak lebih
ditekankan pada jenis menyimak intensif dimana kegiatan menyimak ini diarahkan
pada suatu kegiatan menyimak yang jauh lebih diawasi, dikontrol dan dapat
diarahkan sebagai bagaian dari program pengajaran bahasa serta mendapat
bimbingan langsung dari guru.
9. Tahap-Tahap
Menyimak
Dalam kegiatan menyimak terdapat
tiga tahapan utama yang biasa dilakukan yaitu: tahap awal mendengar, tahap
kedua memahami dan tahap terakhir menanggapi.
Hermawan
(2012:36) yang menyatakan bahwa tahapan menyimak ada lima yaitu; penerimaan,
pemahaman, pengingatan, pengevaluasian dan penanggapan. Pendapat ini senada
dengan Tarigan (2008:63)
“menyimak
adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses menyimak pun
terdapat tahap-tahap, antara lain: (a) tahap mendengarkan (hearing); (b) tahap memahami (understanding);
(c) tahap menginterpretasi (interpreting);
(d) tahap mengevaluasi (evaluating);
dan (e) tahap menanggapi (responding).
Selanjutnya, proses menyimak oleh
Logan dalam Saddhono dan Slamet (2012:15), dibagi kedalam tahapan: pemahaman,
penginterpretasian, dan penilaian.
Berdasarkan pendapat para ahli di
atas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa tahapan dalam menyimak.
Tahap-tahap tersebut dimulai dari mendengar, memahami,
menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi.
B. Kerangka
Pikir
Laboratorium
bahasa merupakan sebuah ruangan khusus yang di dalamnya dilengkapi dengan
berbagai fasilitis elektronik dan fasilitas pendukung lainnya baik visual
maupun audio visual yang akan dipergunakan dalam proses pengajaran bahasa. laboratorium bahasa memungkinkan pelajar
dapat melakukan latihan yang intensif dan efektif daripada di dalam kelas selain
itu, peralatan laboratorium bahasa yang didesain secara maksimal dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyimak bahasa asing secara signifikan. Penggunaan
laboratorium bahasa sangat diperlukan dalam keterampilan berbahasa terutama
pada aspek menyimak.
Menyimak
pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan. Karena itu
penggunaan laboratorium bahasa dalam hal ini sangat menunjang proses menyimak
tersebut. Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa
kemudian memahami apa yang disampaikan pembicara, selanjutnya menafsirkan atau
menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dalam ujaran itu,
dan menilai atau mengevaluasi gagasan dan pendapat tentang apa yang disimaknya;
dan terakhir menanggapi bahan simakan. Menyimak intensif merupakan jenis
menyimak yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa karena menyimak
intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol dan
dapat diarahkan sebagai bagian dari program pengajaran bahasa serta mendapat
bimbingan langsung dari guru.
Laboratorium
bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran
menyimak, karena dengan laboratorium bahasa
yang dianggap memiliki fasilitas elektronik lengkap dan kondisi ruangan
yang kodusif jika dibandingkan di ruang kelas biasa akan mempermudah penerimaan
siswa dan dapat mengetahui dan memahami percakapan atau suatu yang disimaknya
tersebut dengan baik dan benar. Sebaliknya jika kondisi kelas tidak
kondusif maka kemampuan menyimak siswa atau hasil menyimak menjadi tidak efektif, akibatnya akan terjadi
kesalahan dalam mendengar dan menginterpretasikan hasil simakannya.
C. Hipotesis
Kemampuan menyimak bahasa Jerman
siswa yang diajar dengan menggunakan laboratorium bahasa lebih efektif
dibandingkan kemampuan menyimak siswa
yang diajar tidak menggunakan laboratorium bahasa. Hal tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:

yang diajar dengan menggunakan
laboratorium bahasa dan siswa yang diajar
dengan tidak menggunakan laboratorium bahasa.

siswa yang diajar dengan menggunakan
laboratorium bahasa dan siswa yang
diajar dengan tidak menggunakan
laboratorium bahasa.
Hipotesis
statistik dapat dirumuskan sebagai berikut:




Dengan keterangan:

laboratorium bahasa

bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar