Kamis, 24 April 2014

BAB II Skripsi (efektivitas penggunaan Laboratorium Bahasa dalam meningkatkan kemampuan menyimak bahasa Jerman pada siswa kelas XI IPS SMAN 1 Barru)



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A.    Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.      Pengertian Efektivitas
Efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Pada umumnya efektivitas juga sering dihubungkan dengan efisiensi dalam pencapaian suatu tujuan. Padahal suatu tujuan atau saran yang telah tercapai sesuai dengan rencana dapat dikatakan efektif, tetapi belum tentu efisien.
Pernyataan di atas senada dengan pengertian efektivitas yang dikemukakan oleh Drucker dalam Sulistiyowati (2007:7) yaitu:
“effektivität ist das Verhältnis von erreichtem Ziel zu definiertem Ziel. Ein Verhalten ist dann effektiv, wenn es ein vorgegebenes Ziel erreicht. Es ist wenig effektiv, wenn das Ziel nicht oder nur teilweise erreicht wird. Die ist unabhängig vom zur Zielerreichung nötigen Aufwand, der anhand des Kriteriums der Effizient beurteilt werden kann”.
Maksud pendapat di atas yaitu, efektivitas adalah rasio dari target dicapai untuk target yang ditetapkan. Sebuah perilaku efektif saat mencapai tujuan tertentu. Hal itu kurang efektif bila target tidak atau hanya sebagian dipenuhi. Ini tidak tergantung pada upaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang dapat dinilai dengan kriteria efisiensi.
Secara umum efektivitas adalah keberhasilan, pengaruh sebagai akibat perlakuan dari suatau pemanfaatan sumber daya, sarana, prasarana atau media untuk mencapai tujuan tertentu. Efektivitas menurut Slamet (2001:1) adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran/tujuan (kuantitas, kualitas, waktu) telah dicapai. Dalam bentuk persamaan, efektivitas adalah sama dengan hasil nyata dibagi hasil yang diharapkan. Menurut Prokopenko dalam Alhadza (2001:5) efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan mencapai tujuan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu pengukuran yang menyatakan hasil, kualitas, kuantitas, waktu dan besarnya manfaat sarana atau media yang digunakan terhadap tujuan yang dicapai.
2.      Pengertian Laboratorium Bahasa
Laboratorium bahasa mengacu pada seperangkat peralatan elektro audio video yang terdiri atas Instructure Console sebagai media utama yang dilengkapi dengan Repeat Language Learning Maschine, Tape recorder, DVD player,Video Monitor, Headset, dan Student Booth. Dengan laboratorium bahasa, guru yang kreatif dapat memanfaatkan aneka jenis program pengajaran bahasa asing baik yang dikemas dalam bentuk kaset, video, maupun CD interakif. Bahkan, dengan peralatan ini guru juga dapat memanfaatkan media tersebut untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam memfasilitasi siswa agar terlibat dalam proses komunikatif secara aktif melaui headset dan microphone  yang tersedia pada masing-masing meja siswa.
Tunner (1998:180), mengemukakan bahwa “a language laboratory is a room wich is equipment specially designer for the teaching of language”. Maksud pernyataan ini adalah laboratorium merupakan suatau ruagan yang dilengkapi dengan alat-alat elektronik yang khusus dirancang untuk pengajaran bahasa.
Firdaus (2006:67), menyatakan bahwa laboratorium bahasa adalah alat untuk melatih siswa mendengar dan berbicara dalam bahasa asing dengan jalan menyajikan pelajaran yang disiapkan sebelumnya.
Laboratorium bahasa mempunyai peran yang penting dalam pembelajaran karena dengan adanya laboratorium bahasa ketertarikan siswa pada pelajaran tersebut meningkat. Dengan demikian, fasilitas-fasilitas tersebut memungkinkan semua siswa untuk dapat melakukan latihan berbahasa secara intensif dan lebih fokus. Kegiatan belajar mengajar di laboratorium bahasa menjadikan suasana berbeda dibandingkan dengan belajar di kelas. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Izzan (2007:195), laboratorium bahasa memungkinkan pelajar dapat melakukan latihan yang intensif dan efektif daripada di dalam kelas selain itu, peralatan laboratorium bahasa yang didesain secara maksimal dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak bahasa asing secara signifikan.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa laboratorium  bahasa mengacu kepada seperangkat peralatan elektronik audio video yang terdiri atas instructor console sebagai mesin utama, dilengkapi dengan repeater language learning machine, tape recorder, DVD Player, video monitor, headset dan students booth yang dipasang dalam satu ruang kedap suara. Laboratorium bahasa adalah sebuah ruangan khusus yang di dalamnya dilengkapi dengan berbagai fasilitis elektronik dan fasilitas pendukung lainnya baik visual maupun audio visual yang akan dipergunakan dalam proses pengajaran bahasa.
3.      Jenis-Jenis Laboratorium Bahasa
Laboratorium bahasa semestinya dipandang sebagai media pembelajaran bahasa asing yang memfasilitasi pengajar/pembelajar untuk dapat bekerja secara lebih efektif. Efektivitas ini tidak hanya dapat diukur secara kuantitatif melalui hasil pembelajaran dalam menguasai keterampilan berbahasa yang diharapkan, tetapi juga secara kuantitatif melalui kajian tentang proses pembelajaran yang diindikasi dengan meningkatnya motivasi pembelajaran dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Secara umum terdapat dua jenis laboratorium bahasa menurut Haryanto dalam Aswar (2010:15)  yaitu:
“ (a) laboratorium bahasa Konvensional: dalam laboratorium bahasa konvensional, perangkat teknologi yang ada di dalamnya adalah tape, televisi, CD (MP3) dan DVD dan (b) laboratorium bahasa multimedia: dalam laboratorium multimedia, perangkat teknologi yang ada di dalamnya adalah komputer, suatu alat yang sudah bisa mewakili keseluruhan peralatan dalam laboratorium bahasa konvensional. Tape, televisi, CD (MP3) dan DVD memang memberikan fungsi yang cukup komplet dalam menunjang proses pembelajaran di laboratorium bahasa”.

Terdapat tiga tipe atau model laboratorium bahasa yang dikemukakan oleh  Jumriani (2009: 7-8), tiga tipe tersebut adalah:
“ (a) tipe audio passif bentuk laboratorium bahasa yang paling sederhana hanya terdiri atas sebuah perekam utama dan beberapa buah headset tanpa mikrofon; (b) tipe audio aktif sudah dilengkapi dari tipe AP dan mempunyai mikrofon sehingga siswa bisa mendengarkan rekaman dan juga mengulang apa yang didengar perekam utama; dan (c) tipe audio aktif comparatif tipe paling lengkap dan merupakan penyempurnaan dari tipe AA setiap booth memiliki headset dan mikrofon juga dilengkapi dengan sebuah alat perekam dan console pada kamar guru yang berisi tombol pengatur segala kegiatan”.

Dari pengamatan yang dilakukan peneliti saat melakukan observasi di SMA Negeri 1 Barru dapat diketahui bahwa diantara ketiga tipe laboratorium bahasa di atas, SMA Negeri 1 Barru menggunakan labotarorium bahasa tipe Audio Passif  yang terdiri dari perekam utama dan beberapa buah headset.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa laboratorium bahasa terdapat tiga tipe atau model yang umum digunakan di sekolah yaitu: tipe Audio Passif, tipe audio aktif dan tipe audio aktif comparative. SMA Negeri 1 Barru menggunakan laboratorium bahasa tipe audio passif yang  merupakan tipe laboratorium bahasa yang paling sederhana.
4.      Kegiatan Belajar Mengajar di Laboratorium Bahasa
Kegiatan belajar mengajar yang dapat di lakukan di laboratorium bahasa untuk mendapatkan hasil yang baik hendaknya sejalan dengan kegiatan  di kelas. Baik pokok bahasan maupun sub pokok bahasan yang sesuai dan tepat di kelas seharusnya diajarkan melalui laboratorium bahasa agar proses belajar berlangsung dengan baik dan lancar. Selain itu guru tidak terlalu banyak mengeluarkan tenaga dalam mengajar sebab melalui console/panel, guru dapat mengontrol kegiatan siswa tanpa harus mendatangi meja siswa satu persatu.
Berikut Effendy dalam Aswar (2010:17) membagi kegiatan belajar-mengajar di laboratorium bahasa ke dalam 13 kegiatan yaitu: “ (a) mendengarkan rekaman; (b) menirukan; (c) latihan pola; (d) tanya jawab; (e) latihan menyimak; (f) mengarang bebas secara lisan; (g) ulangan sejajar; (h) terjemahan ikutan; (i) terjemahan spontan; (j) tes lisan; (k) apresiasi sastra; (l) dikte dan transkiripsi; dan (m ) rekaman drama”.
Ada 4 cara yang biasa dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar di laboratorium bahasa seperti yang dikemukakan oleh Izzan (200:199) yaitu:
“ (a) Broadcast Operation console : program ini ditentukan oleh guru (b) Library Operation: siswa bisa memilih dan menentukan sendiri program yang dikehendakinya; (c) Dial Accsess Operation: siswa bisa menggunakan broadcast system sesuai dengan pilihan mereka dengan cara menekan tombol yang terdapat pada booth mereka; dan (d) Combination Operation: pengelolaan laboratorium bahasa yang paling efektif, kombinasi atau gabungan antara broadcast dan library operation yang memungkinkan siswa bisa melakukan lebih banyak kegiatan di laboratorium bahasa”.
Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar di laboratorium bahasa terdapat beberapa kegiatan yaitu: mendengarkan rekaman, meniru, latihan pola, tanya jawab, latihan menyimak, mengarang bebas secara lisan, ulangan sejajar, terjemahan ikutan, terjemahan spontan, tes lisan, apresiasi sastra, dikte dan transkripsi, dan rekaman drama, Broadcast Operation (ditentukan oleh guru), Library Operation (guru dan siswa), Dial Accsess Operation (dapat dilakukan oleh siswa sendiri), dan Combination Operation (gabungan antara broadcast dan library operation).
5.      Manfaat Laboratorium Bahasa
Laboratorium bahasa merupakan alat atau media bantu belajar mengajar bahasa. Karena merupakan alat bantu, tentu saja fungsi utamanya adalah untuk mempermudah proses belajar mengajar baik di pihak mengajar maupun di pihak yang diajar sehingga pada akhirnya akan tercipta proses belajar mengajar yang lebih efektif. Sebagai media pengajaran yang sangat berguna dalam proses belajar mengajar, utamanya dalam proses pengajaran bahasa khsusnya dalam menyiamak, maka laboratorium memiliki berbagai macam manfaat.
Bahar (2001:13) megemukakan manfaat laboratorium bahasa di antaranya:
“ (a) siswa dapat mendengar suara penutur asli bahasa yang dipelajari tanpa bertatap muka langsung dengan sipemilik suara; (b) siswa dapat mendengarkan suara penutur asli secara berulang-ulang dari kaset yang diperdengarkan sampai bisa mengerti apa yang diucapkan oleh penutur; (c)siswa berlatih sendiri tanpa harus menunggu giliran perorangan sehingga bisa mengurangi rasa malu bila ia melakukan kesalahan; (d) siswa bisa merekam suaranya sendiri kemudian membandingkannya dengan suara penutur asli; dan (e) siswa dapat mendengar berbagai macam ragam bahasa dan dialek yang dipelajari”.

Tiono (2001:78) mengemukakan:
“Pembelajaran bahasa Jerman  melalui laboratorium bahasa dibagi menjadi   4 manfaat dasar yaitu, percakapan (Gesprach), mendengarkan (Höerverstehen), menulis (Schreiben), dan fungsi manajemen instruktur dalam mengatur kegiatan belajar mengajar. Artinya proses balajar mangajar di laboratorim bahasa lebih bervariasi dalam belajar, sehingga tujuan pembelajaran mudah untuk dicapai”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa umumnya laboratorium bahasa memiliki manfaat untuk melatih siswa  mendengarkan penuturan bahasa Jerman langsung dari penutur Jerman sehingga memudahkan siswa untuk membedakan suara penutur asli.
6.      Hakikat Menyimak
Menyimak merupakan kegiatan mendengarkan bahasa lisan  mampu memahami dan menyimak pesan yang terdapat dalam bahasa tersebut. Menyimak merupakan kegiatan mendengarkan. Kegiatan menyimak ini dilakukan manusia sehari-hari dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Tanpa kemampuan menyimak yang baik, seseorang tentu kesulitan dalam berkomunikasi sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman antara sesama pemakai bahasa, khususnya bahasa asing.
Seild (2009:6) menyatakan:
“verstehen ist die Fähigkeit, die Bedeutung von Wörter, Sätzen, Satzreihen, und gefügen, von Textsorten zu erfassen (semantische und syntaktische Dimension der Sprachaufnahmen) und mit Hilfe des Muttersprachlichen Vorwissens die Intention des Sprechers situationsentsprachend zu deuten (pragmatische Dimension)”. Menyimak adalah kemampuan memaknai kata-kata, kalimat, rangkaian kalimat, menangkap/mengerti isi teks (secara semantik dan sintaksis bahasa asli) dan memahami maksud pembicara dari wacana lisan.”

Pengertian menyimak menurut Tarigan (2008:29) “menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”. Senada dengan pernyataan di atas, Wahyuni dan Ibrahim (2012:28) mengemukakan bahwa “menyimak atau mendengarkan merupakan kemampuan yang memungkinkan seorang pemakai bahasa untuk memahami bahasa secara lisan”.
Abidin (2012:93) mengemukakan bahwa “menyimak adalah kegiatan aktif yang dilakukan secara sungguh-sungguh untuk memahami pesan yang terkandung dalam bahasa simakan yang diperdengarkan secara lisan”.
Pengertian menyimak juga dijelaskan oleh Saddhono dan Slamet (2012:11) bahwa “menyimak adalah salah satu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi bunyi bahasa kemudian menilai hasil interpretasi makna dan menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana bahasa tersebut”. Dengan pengertian lain, menyimak berarti kemampuan memahami pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan.
Hermawan (2012:32) “ menyimak merupakan suatu hal yang komplek dan unik, kita menyimak dan memusatkan perhatian pada beberapa rangsangan karena sifatnya yang mendadak dan atau menarik perhatian, memiliki kehebatan atau menunjukkan perbedaan”.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak merupakan kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan secara seksama dan mampu menangkap informasi maupun pesan yang tersimpan dalam bahasa lisan tersebut. Kemampuan menyimak adalah suatu kemampuan  berkomunikasi yang dimulai dari proses mengidentifikasikan bunyi, menyusun penafsiran, pemanfaatan hasil penafsiran dan proses menghubungkan hasil-hasil penafsiran itu.
7.      Tujuan  Menyimak
Secara umum tujuan menyimak adalah untuk menangkap informasi dan pesan yang diungkapkan secara lisan.
Abidin (2012:95) pembelajaran menyimak dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan. “Secara esensial minimalnya ada tiga tujuan penting pembelajaran menyimak di sekolah yaitu: (a) melatih daya konsentrasi siswa, (b) melatih daya paham siswa, dan (c) melatih daya kreatif siswa”. Saddhono dan Slamet (2012:11) tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran.
Selain yang telah dijelaskan di atas, masih ada beberapa tujuan lain seseorang  menyimak menurut Tarigan (2008:68). Tujuan tersebut antara lain:
“(a) menyimak untuk mengapresiasi materi simakan; (b) menyimak untuk mengevaluasi; (c) menyimak untuk menikmati keindahan audial; (d) menyimak untuk belajar; (e) menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide; (f) menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi; (g) menyimak untuk memecahkan masalah; dan (h) menyimak untuk meyakinkan.”

Tujuan pokok pengajaran kemampuan menyimak atau mendengarkan menurut Syafi’ie (1996:29) adalah agar siswa mahir atau terampil mendengarkan berbagai bentuk pemakaian bahasa lisan sehingga mereka mampu menangkap satuan-satuan bentuk kebahasaan dengan cermat. Dan juga mampu memahami isi berbagai bentuk tuturan dengan cepat dan tepat, mampu menilainya, serta mampu mengemukakan respon terhadap apa yang didengarnya dengan penalaran yang baik, secara lisan dan tulis.
Pernyataan di atas senada dengan pendapat  Tarigan dalam Saddhono dan Slamet (2012:14) yang menyebutkan tujuan menyimak sebagai berikut:
“(a) untuk mendapatkan fakta dengan cara mendengarkan radio, televisi, menyampaikan makalah, percakapan dan sebagainya; (b) untuk menganalisis fakta yang berlangsung secara konsisten dari saat ke saat selama proses menyimak berlangsung; (c) untuk mengevaluasi fakta yang disampaikan oleh pembicara; (d) untuk mendapatkan inspirasi dari pembicara orang lain; (e) untuk menghibur diri bagi orang-orang yang lelah, letih, jenuh; dan (f) untuk meningkatkan kemampuan berbicara.”

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa tujuan seseorang menyimak beraneka ragam sesuai dengan kebutuhannya. Namun pada umumnya tujuan seseorang menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran.
8.      Jenis-Jenis Menyimak
Menyimak merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Tarigan (2008:38) secara khusus menyimak dibagi ke dalam dua jenis yaitu:” menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih utama dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu dibawah bimbingan langsung dari seorang guru; dan menyimak intensif adalah kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap suatu hal tertentu”.
Jenis-jenis menyimak dari hasil simakannya menurut Saddhono dan Slamet (2012:18) yaitu:“(a) menyimak tanpa reaksi, (b) menyimak pasif, (c) menyimak terputus-putus, (d) menyimak dangkal, (e) menyimak terpusat, (f) menyimak untuk membandingkan, (g) menyimak organisasi materi, (h) menyimak kritis, dan (i) menyimak kreatif dan aspiratif.
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai menurut Syafi’ie (1996:30) membedakan mendengarkan atau menyimak yaitu: “a) mendengarkan untuk mengikuti petunjuk melakukan suatu pekerjaan; b) mendengarkan untuk memperoleh informasi; dan c) mendengarkan untuk menilai”.
Hermawan (2012:44) mengemukakan jenis-jenis menyimak sebagai berikut:
“ (a) menyimak secara pasif, penyimak tidak melakukan evalusai terhadap pesan-pesan pembicara tetapi hanya mengikuti pembicara bagaimana ia mengembangkan pikiran atau gagasannya; (b) menyimak secara kritis, bertujuan untuk memahami, megingat, dan menafsirkan setiap yang didengar serta menekankan pada kemampuan berpikir kritis; dan (c) menyimak secara aktif, memahami dan mengingat apa yang didengar untuk dapat memeriksa seberapa besar keakuratan pemahaman terhadap pesan-pesan yang disampaikan pembicara”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa macam jenis-jenis menyimak dari setiap ahli yang berbeda. Namun, dalam penelitian ini jenis menyimak lebih ditekankan pada jenis menyimak intensif dimana kegiatan menyimak ini diarahkan pada suatu kegiatan menyimak yang jauh lebih diawasi, dikontrol dan dapat diarahkan sebagai bagaian dari program pengajaran bahasa serta mendapat bimbingan langsung dari guru.
9.      Tahap-Tahap Menyimak 
Dalam kegiatan menyimak terdapat tiga tahapan utama yang biasa dilakukan yaitu: tahap awal mendengar, tahap kedua memahami dan tahap terakhir menanggapi.
Hermawan (2012:36) yang menyatakan bahwa tahapan menyimak ada lima yaitu; penerimaan, pemahaman, pengingatan, pengevaluasian dan penanggapan. Pendapat ini senada dengan Tarigan (2008:63)
“menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses menyimak pun terdapat tahap-tahap, antara lain: (a) tahap mendengarkan (hearing); (b) tahap memahami (understanding); (c) tahap menginterpretasi (interpreting); (d) tahap mengevaluasi (evaluating); dan (e) tahap menanggapi (responding).

Selanjutnya, proses menyimak oleh Logan dalam Saddhono dan Slamet (2012:15), dibagi kedalam tahapan: pemahaman, penginterpretasian, dan penilaian.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa tahapan dalam menyimak. Tahap-tahap tersebut dimulai dari mendengar, memahami, menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi.
B.     Kerangka Pikir
Laboratorium bahasa merupakan sebuah ruangan khusus yang di dalamnya dilengkapi dengan berbagai fasilitis elektronik dan fasilitas pendukung lainnya baik visual maupun audio visual yang akan dipergunakan dalam proses pengajaran bahasa. laboratorium bahasa memungkinkan pelajar dapat melakukan latihan yang intensif dan efektif daripada di dalam kelas selain itu, peralatan laboratorium bahasa yang didesain secara maksimal dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak bahasa asing secara signifikan. Penggunaan laboratorium bahasa sangat diperlukan dalam keterampilan berbahasa terutama pada aspek menyimak.
Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan. Karena itu penggunaan laboratorium bahasa dalam hal ini sangat menunjang proses menyimak tersebut. Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa kemudian memahami apa yang disampaikan pembicara, selanjutnya menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang terdapat dalam ujaran itu, dan menilai atau mengevaluasi gagasan dan pendapat tentang apa yang disimaknya; dan terakhir menanggapi bahan simakan. Menyimak intensif merupakan jenis menyimak yang dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa karena menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol dan dapat diarahkan sebagai bagian dari program pengajaran bahasa serta mendapat bimbingan langsung dari guru.
Laboratorium bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran menyimak, karena dengan laboratorium bahasa  yang dianggap memiliki fasilitas elektronik lengkap dan kondisi ruangan yang kodusif jika dibandingkan di ruang kelas biasa akan mempermudah penerimaan siswa dan dapat mengetahui dan memahami percakapan atau suatu yang disimaknya tersebut dengan baik dan benar. Sebaliknya jika kondisi kelas tidak kondusif  maka kemampuan  menyimak siswa atau hasil menyimak  menjadi tidak efektif, akibatnya akan terjadi kesalahan dalam mendengar dan menginterpretasikan hasil simakannya.
C.    Hipotesis
Kemampuan menyimak bahasa Jerman siswa yang diajar dengan menggunakan laboratorium bahasa lebih efektif dibandingkan  kemampuan menyimak siswa yang diajar tidak menggunakan laboratorium bahasa. Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
 :  Ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menyimak  siswa    
        yang diajar dengan menggunakan laboratorium bahasa dan siswa yang diajar
       dengan tidak menggunakan laboratorium bahasa.
 :  Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menyimak yang
         siswa yang diajar dengan menggunakan laboratorium bahasa dan siswa yang   
         diajar dengan tidak menggunakan laboratorium bahasa.
Hipotesis statistik dapat dirumuskan sebagai berikut:
:
:
Dengan keterangan:
: kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan menggunakan
laboratorium bahasa
kemampuan menyimak siswa yang diajar tidak menggunakan laboratorium
bahasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar