Kamis, 24 April 2014

BAB IV Skripsi (efektivitas penggunaan Laboratorium Bahasa dalam meningkatkan kemampuan menyimak bahasa Jerman pada siswa kelas XI IPS SMAN 1 Barru)


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bagian ini menyajikan hasil analisis data yang diperoleh dari hasil tes siswa di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Kedua kelas tersebut terlebih dahulu diberi Pre-test dengan soal yang sama untuk mengetahui tingkat kemampuan menyimak  siswa. Kemudian kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu belajar dengan menggunakan laboratorium bahasa dalam pembelajaran menyimak, sedangkan pembelajaran di kelas kontrol tidak dilakukan di laboratorium bahasa (tetap belajar di kelas secara konvensional). Setelah pembelajaran, kedua kelas tersebut diberi tes akhir Post-test dengan soal yang sama. Hasil tes yaitu pretest dan postest dianalisis dengan menggunakan uji- t. Adapun taraf alfa (ɑ) atau tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,05 atau 5%.
A.    Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini terdiri dari nilai Pre-test dan Post-test, siswa kelas XI IPS SMA Negeri  1  Barru.Data yang diperoleh dapat disajikan dalam analisis data. Sebelum hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diuji, terlebih dahulu dilakukan analisis data yang merupakan syarat dalam pemakaian statistik. Pengujian  analisis data tersebut meliputi:
1.      Analisis Statistik Deskriptif Pre-Test
Penelitian ini diawali dengan pemberian Pre-test kepada kedua kelas yakni tes meliputi kemampuan menyimak. Dari 32 siswa di kelas XI IPS 1 sebagai kelas eksperimen, rata-rata (mean) hasil belajar siswa adalah 65 dari nilai tertinggi 85 dan nilai terendah adalah 45. Jika hasil tes kemampuan menyimak kelas eksperimen tersebut dikelompokkan ke dalam 10 kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut.
Tabe l2.Distribusi Frekuansi dan Persentase nilai Pre-test Kelas           
Eksperimen (XI IPS 1)
No.
Skor
Kategori
Frekuansi
Persentase
1.       
91-100
Istimewa
0
0  %
2.       
81-90
Baik sekali
2
6 %
3.       
71-80
Baik
10
31 %
4.       
61-70
Cukup
7
22 %
5.       
51-60
Sedang
7
22 %
6.       
41-50
Hampir sedang
6
19 %
7.       
31-40
Kurang
0
0%
8.       
21-30
Kurang Sekali
0
0%
9.       
11-20
Buruk
0
0%
10.   
1-10
Buruk Sekali
0
0%
JUMLAH
32
100 %
Berdasarkan data hasil frekuensi dan persentase nilai Pre-test kelas eksperimen menunjukkan bahwa, 2 siswa atau 6 % yang memperoleh nilai antara 81-90, 10 siswa atau 31% yang memperoleh nilai antara 71-80, 7 siswa atau 22% yang memperoleh nilai antara 61-70, 7 siswa atau 22 % memperoleh nilai antara 51-60, 6 siswa atau 19% yang memperoleh nilai 41-50 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 91-100, 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 31-40, 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 21-30, 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 11-20, dan 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 1-10.
Sementara dari 32  siswa di kelas  XI IPS 3sebagai kelas kontrol, diperoleh rata-rata (mean) hasil belajar siswa adalah 63,3 dari nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 40. Jika hasil tes kemampuan menyimak siswa kelas kontrol tersebut dikelompokkan dalam 10  kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut:
Tabe l3. Distribusi Frekuansi dan Persentase Nilai Pre-test Kelas
Kontrol (XI IPS 3)
No.
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
1.       
91-100
Istimewa
0
0%
2.       
81-90
Baik sekali
0
0%
3.       
71-80
Baik
6
19%
4.       
61-70
Cukup
13
41%
5.       
51-60
Sedang
9
28%
6.       
41-50
Hampir sedang
3
9%
7.       
31-40
Kurang
1
3%
8.       
21-30
Kurang Sekali
0
0%
9.       
11-20
Buruk
0
0%
10.   
1-10
Buruk Sekali
0
0%
JUMLAH
32
100%
Berdasarkan data hasil frekuensi dan persentase nilai Pre-test kelas kontrol menunjukkan bahwa, 6 siswa atau 19%  yang memperoleh nilai antara 71-80, 13 siswa atau 41%  yang memperoleh nilai antara 61-70, 9 siswa atau 28% yang memperoleh nilai antara 51-60, 3 siswa atau 9% memperoleh nilai antara 41-50, 1 siswa atau 3% yang memperoleh nilai 31-40, 0 siswa atau 0% yang memperoleh antara 91-100, 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai antara 81-90,  0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 21-30, 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 11-20, dan 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 1-10.
2.      Analisis Statistik Deskriptif Post-test
Setelah pemberian perlakuan (belajar dengan menggunakan laboratorium bahasa) terhadap kelas eksperimen (XI IPS 1) dan belajar tanpa menggunakan laboratorium bahasa ( belajar secara konvensional di kelas) pada kelas kontrol (XI IPS 3) sebanyak 4 kali pertemuan, kedua kelas diberi post-test untuk melihat tingkat  kemampuan menyimak siswa masing-masing kelas setelah pembelajaran.
Dari 32 siswa di kelas eksperimen, diperoleh data bahwa nilai rata-rata (mean) dari hasil belajar siswa adalah 87,1 dari nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 70. Jika hasil post-test kemampuan menyimak siswa kelas eksperimen tersebut dikelompokkan dalam 10 kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut:
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase nilai postest kelas
Ekperiment ( XI IPS 1)
No.
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
1.       
91-100
Istimewa
6
19%
2.       
81-90
Baik sekali
20
62%
3.       
71-80
Baik
5
16%
4.       
61-70
Cukup
1
3%
5.       
51-60
Sedang
0
0%
6.       
41-50
Hampir sedang
0
0%
7.       
31-40
Kurang
0
0%
8.       
21-30
Kurang Sekali
0
0%
9.       
11-20
Buruk
0
0%
10.   
1-10
Buruk Sekali
0
0%
Jumlah
32
100%
Berdasarkan data hasil frekuensi dan persentase nilai post-testkelas eksperimen menunjukkan bahwa, 6 siswa atau 19% yang memperoleh nilai antara 91-100, 20 siswa atau 62% yang memperoleh nilai antara 81-90, 5 siswa atau 16% yang memperoleh nilai antara 71-80, 1 siswa atau 3% memperoleh nilai antara 61-70, 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 51-60, 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 41-50, 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 31-40, 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 21-30,0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 11-20, dan 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 1-10.
Demikian pula dari 32 siswa di kelas kontrol diperoleh data bahwa nilai rata-rata (mean) hasi belajar siswa adalah 64,5 dari nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 35. Jika hasil post-test kemampuan menyimak siswa kelas kontrol tersebut dikelompokkan dalam 10 kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut:
Tabel 5. DistribusiFrekuensi dan Persentase Nilai Posttest Kelas Kontrol
( XI IPS 3)
               
No.
Skor
Kategori
Frekuensi
Persentase
1.       
91-100
Istimewa
0
0%
2.       
81-90
Baik sekali
0
0%
3.       
71-80
Baik
9
28%
4.       
61-70
Cukup
11
34%
5.       
51-60
Sedang
6
19%
6.       
41-50
Hampir sedang
5
16%
7.       
31-40
Kurang
1
3%
8.       
21-30
Kurang Sekali
0
0%
9.       
11-20
Buruk
0
0%
10.   
1-10
Buruk Sekali
0
0%
Jumlah
32
100%
Berdasarkan data hasil frekuensi dan persentase nilai post-test kelas kontrol menunjukkan bahwa, 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai antara 91-100, 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai antara 81-90,  9 siswa atau 28% yang memperoleh nilai antara 71-80, 11 siswa atau 34% memperoleh nilai antara 61-70, 6 siswa atau 19% yang memperoleh nilai 51-60, 5 siswa atau 16% yang memperoleh nilai 41-50, 1 siswa atau 3% yang memperoleh nilai 31-40, 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 21-30, 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 11-20, dan 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 1-10.
Berdasarkan hasil analisis statistik dekriptif data pre-test dan post-test  kelas eksperimen di atas, jelas terlihat adanya peningkatan kemampuan menyimak siswa yang belajar di laboratorium bahasa. Data Pre-test kelas eksperimenmenunjukkan bahwa, 2 siswa atau 6 % yang memperoleh nilai antara 81-90, 10 siswa atau 31% yang memperoleh nilai antara 71-80, 7 siswa atau 22% yang memperoleh nilai antara 61-70, 7 siswa atau 22 % memperoleh nilai antara 51-60, 6 siswa atau 19% yang memperoleh nilai 41-50 0 siswa atau 0% yang memperoleh nilai 91-100.Sementara data hasil post-test kelas eksperimen menunjukkan bahwa, 6 siswa atau 19% yang memperoleh nilai antara 91-100, 20 siswa atau 62% yang memperoleh nilai antara 81-90, 5 siswa atau 16% yang memperoleh nilai antara 71-80, 1 siswa atau 3% memperoleh nilai antara 61-70.
3.      Analisis Statistik Inferensial
a.      Uji Normalitas
1.      Pre-test Kelas Eksperimen
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data dengan z-score dan Chi-Kuadrat. Untuk pengujian normalitas data Pre-test  untuk kelas eksperimen jumlah kelas interval ditetapkan = 6 dan panjang kelas = 7 dengan kriteria pengujian:
-          Jika  < data normal
-          Jika  > data tidak normal
Berdasarkan tabel z-score dan chi-kuadrat, maka uji normalitas data pretest untuk kelas eksperimen dapat dihitung sebagai berikut:
=
  = 1,94 + 0,03+ 3,33 + 1,42 + 0,15 + 0,30
  = 7, 18
Hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel harga Chi-Kuadrat dengan dk = (k – 1). Pada tabel di atas banyaknya kelas interval adalah 6. Oleh karena itu (k – 1) = 61 = 5. Dalam tabel dengan dk = 5 tertera harga X2(atau dengan taraf signifikansi 0,05 = 11,070. Jadi harga Chi-Kuadrat hitung lebih kecil dari pada Chi-Kuadrat tabel, (7,18) <(11,070) atau ( 7,18<11,070)). Oleh karena harga Chi-Kuadrat hitung lebih kecil dari pada Chi-Kuadrat tabel, maka data pretest siswa pada kelas eksperimen dinyatakan berdistribusi normal.
2.      Pre-test Kelas Kontrol
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data dengan Chi-Kuadrat. Untuk pengujian normalitas data Pre-test untuk kelas kontroljumlah kelas interval ditetapkan = 6 dan panjang kelas = 6dengan kriteria penilaian:
-          Jika <data normal
-          Jika >data tidak normal
Berdasarkan tabel z-score dan chi-kuadrat, maka uji normalitas data pretest untuk kelas kontrol dapat dihitung sebagai berikut:
X2 = ∑
  = 0,61 + 0,80 + 0,39 + 3,99 + 1,06 + 2,77
  = 9,61
Hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel harga Chi-Kuadrat dengan dk = (k – 1). Pada tabel chi kuadrat banyaknya kelas interval adalah 6. Oleh karena itu (k – 1) = 6 – 1 = 5. Dalam tabel dengan dk = 5 tertera harga X2 () atau dengan taraf signifikansi 0,05 = 11,070. Jadi harga Chi-Kuadrat hitung lebih kecil dari pada Chi-Kuadrat tabel, (9,61 ) <(11,070) atau (9, 61 < 11,070). Oleh karena harga Chi-Kuadrat hitung lebih kecil dari pada Chi-Kuadrat tabel, maka data pretest siswa pada kelas kontrol dinyatakan berdistribusi normal.
3.      Post-test Kelas Eksperimen
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data dengan Chi-Kuadrat. Untuk pengujian normalitas data post-test untuk kelas eksperimen jumlah kelas interval ditetapkan = 6 dan panjang kelas = 5.
-          Jika <data normal
-          Jika  >data tidak normal
Berdasarkan tabel z-score dan chi-kuadrat, maka uji normalitas data post-test untuk kelas eksperimen dapat dihitung sebagai berikut:
X2 = 
 = 0,60 + 0,25 + 2,76 + 3,91 + 0,01 + 0,87
 = 8,40
Hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel harga Chi-Kuadrat dengan dk= (k – 1). Pada tabel di atas banyaknya kelas interval adalah 6. Oleh karena itu (k – 1) = 6 – 1 = 5. Dalam tabel dengan dk = 5 tertera harga X2 () atau dengan taraf signifikansi 0,05 = 11,070. Jadi harga Chi-Kuadrat hitung lebih kecil dari pada Chi-Kuadrat tabel, (8,40) <(11,070) atau (8, 40 < 11, 070). Oleh karena harga Chi-Kuadrat hitung lebih kecil dari pada Chi-Kuadrat tabel, maka data post-test siswa pada kelas eksperimen dinyatakan berdistribusi normal.
4.      Post-test Kelas kontrol
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t, terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data dengan Chi-Kuadrat. Untuk pengujian normalitas data Postest untuk kelas kontrol jumlah kelas interval ditetapkan = 6 dan panjang kelas = 7 dengan kriteria pengujian:
-          Jika  <data normal
-          Jika  > data tidak normal
Berdasarkan tabel z-score dan chi-kuadrat, maka uji normalitas data post-test untuk kelas kontrol dapat dihitung sebagai berikut:
X2 =
 = 0,01 + 1,62 + 1,49 + 2,05 + 0,21 + 4,91
 = 10, 28
Hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel harga Chi-Kuadrat dengan dk = (k – 1). Pada tabel di atas banyaknya kelas interval adalah 6. Oleh karena itu (k – 1) = 6 – 1 = 5. Dalam tabel dengan dk = 5 tertera harga X2 () atau dengan taraf signifikansi 0,05 = 11, 070. Jadi harga Chi-Kuadrat hitung lebih kecil dari pada Chi-Kuadrat tabel, (10,28) <(11,070) atau (10,28 < 11, 070). Oleh karena harga Chi-Kuadrat hitung lebih kecil dari pada Chi-Kuadrat tabel, maka data pretest siswa pada kelas kontrol dinyatakan berdistribusi normal.
b.      Uji Homogenitas
Uji homogenitas varaians data menggunakan uji F
 =  
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
-          Terima  jika  jika < ; dan
-          Tolak  jika  >
1)      Pre-test
a.       Varians Pretest Eksperimen
=
=
=
= 146
b.      Varians Pretest Kontrol
=
=
=
= 99
=  = 1,47
Hasil tersebut dikonsultasikan dengan F tabel  dengan dk = k-1, dimana (k) merupakan banyaknya jumlah kelas pada interval kelas uji normalitas sehingga  diperoleh = (6 – 1= 5) dan = (6-1= 5) dengan taraf signifikan () = 0,05 maka diperoleh = 5, 05. Ternyata = 5,05, oleh karena  lebih kecil dari< maka disimpulkan bahwa kedua sampel pretest (eksperimen dan Kontrol) memiliki varian yang sama atau homogen.
2)      Pot-test
a.       Varians Kelas Postest Kelas Ekperimen
=
    = 
         = 
             = 60,9
b.      Varians Kelas Kontrol Postest
=
    = 
    = 
    = 148
 = = 2,46
Hasil tersebut dikonsultasikan dengan F tabel  dengan dk = k-1, dimana (k) merupakan banyaknya jumlah kelas pada interval kelas uji normalitas sehingga  diperoleh = (k – 1), (6-1=5) dan = (k-1), (6-1= 5) dengan taraf signifikan () = 0,05 maka diperoleh = 5, 05. Ternyata =5,05, oleh karena  lebih kecil dari < maka disimpulkan bahwa kedua sampel postest (eksperimen dan Kontrol) memiliki varian yang sama atau homogen.


4.      Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial yang dilakukan terhadap hasil pretest dan posttest siswa dua kelas antar kelas XI IPS 3 (kelas kontrol) dan XI IPS 1 ( kelas eksperimen) SMAN 1 Barru yang berjumlah 64 orang, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tingkat kemampuan menyimak bahasa Jerman khususnya pada kelas eksperimen, sebelum dan sesudah proses pembelajaran yang dilakukan di laboratorium bahasa maka digunakan uji-t dengan rumus:
t  =
Dimana:
 =
Dengan kriteria pengujian:
-          Tolak jika >
-          Terima , jika >
Varians kelas kontrol :148
Varians kelas ekperimen : 60,9
Mean kelas kontrol : 64,5
Mean kelas ekperimen : 87,1
 =
 =
=
=
= 
= 
·         Uji - t
t =
t =
t =
t =
t = 9,05
Hasil analisis data dengan menggunakan rumus uji-t di atas menunjukkan bahwa harga t hitung = 9,05. Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel  pada taraf signifikansi 0,05 maka diperoleh  t tabel = 1, 999. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis menyatakan tolak jika atau terima jika sehingga diperoleh = 9,05 >  = 1,999, maka H0 ditolak karena t hitung lebih besar dari   yaitu 9,05 > 1,999. Dengan demikian hasil akhir t hitung 9,05 > 1,999 menerima H1 yang berbunyi: Ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan menggunakan laboratorium bahasa dan siswa yang diajar dengan tidak menggunakan laboratorium bahasa siswa kelas XI IPS SMAN 1 Barru dan menolak H0 yang berbunyi: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan menggunakan laboratorium bahasa dan siswa yang diajar dengan tidak menggunakan laboratorium bahasa siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Barru.
B.     Pembahasan Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, pembelajaran dilakukan selama 4 kali pertemuan setelah pemberian pre-test. Dalam pembelajaran tersebut, kedua kelas diajar dengan fasilitas ataupun media yang berbeda. Pada kelas eksperimen siswa diajar dengan menggunakan laboratorium bahasa pada pembelajaran kemampuan menyimak, sementara kelas kontrol diajar  di kelas biasa pada umumya atau secara konvensional (tanpa menggunakan laboratorium bahasa).
Hasil pre-test menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) kemampuan menyimak siswa kelas XI IPS  SMAN  1 Barru masing-masing 65 dan 63,3 sudah masuk dalam kategori cukup yaitu antara 61-70. Uji normalitas pada data pretest kedua kelas menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kontrol memiliki chi kuadrat hitung masing-masing lebih kecil dari chi kuadrat tabel,  <  (7,18 < 11,070 dan 9,61 < 11,070), sehingga distribusi data pretest dinyatakan normal.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dengan penggunaan laboratorium bahasa, siswa lebih bagus, dalam hal ini menyimak bahasa Jerman dibandingkan dengan menggunakan tape recorder di dalam kelas maupun yang dibacakan langsung oleh guru. Antusias dan respons siswa juga sangat baik karena siswa lebih fokus dalam menyimak bahan pelajaran dengan menggunakan perangkat-perangkat laboratorium yang ada, seperti headphone dan media-media yang ada dalam laboratorium bahasa yang mendukung dalam proses pembelajaran menyimak.
Selajutnya analisis tes menunjukkan nilai pretest baik kelas ekperimen maupun kelas kontrol yaitu  menyimak dengan menggunakan tape recorder maupun yang dibacakan langsung oleh guru di  ruang kelas masuk dalam kategori hampir sedang, yaitu nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 85 untuk kelas ekperimen dengan nilai rata-rata (mean) 65 dan untuk kelas kontrol 40 nilai terendah, 80 nilai tertinggi dengan nilai rata-rata 63,3
Berdasarkan hasil postest yaitu menyimak dengan menggunakan laboratorium bahasa mengalami peningkatan nilai yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dengan perolehan nilai untuk kelas eksperimen nilai terendah 70, nilai tertinggi mencapai 100 dengan rata-rata 87,1 sedangkan kelas kontrol yang belajar di ruang kelas secara konvensional tidak mengalami peningkatan nilai yang  signifikan dimana perolehan nilai terendah yaitu 35 dan nilai tertinggi tetap 80 dengan nilai rata-rata 64,5. Dengan demikian nilai mean  postest kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol.
Penggunaan laboratorium bahasa pada kelas eksperimen berdampak positif pada peningkatan kemampuan menyimak siswa. Dari 32 sampel di kelas ini, terdapat 6 siswa atau 19% yang memperoleh nilai antara 91-100, 20 siswa atau 62% yang memperoleh nilai antara 81-90, 5 siswa atau 16% yang memperoleh nilai antara 71-80, 1 siswa atau 3% memperoleh nilai antara 61-70.
Pada uji normalitas data post-test masing-masing kelas menujukkan hal yang sama yakni pada kelas eksperimen chi kuadrat hitung lebih kecil dari chi kuadrat tabel, <, (8,40 < 11,070) sehingga distribusi datanya dinyatakan normal. Sementara pada kelas kontrol chi kuadrat hitung juga lebih kecil dari chi kuadrat tabel,< , (10,28 < 11,070) sehingga  distribusi datanya dinyatakan normal.
Dari hasil analisis di atas, dilanjutkan dengan uji-t untuk melihat hasil akhir dari penelitian ini, masing-masing kelas dengan rumus yang sama. Hasilnya adalah  kelas eksperimen = 9,05 sementara  = 1,999, jadi  (9,05 > 1,999). Dengan demikian, H1 yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menyimak  siswa yang diajar dengan menggunakan laboratorium bahasa dan siswa yang diajar dengan tidak menggunakan laboratorium bahasa siswa kelas XI IPS SMAN 1 Barru diterima dan H0  yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menyimak siswa yang diajar dengan menggunakan laboratorium bahasa dan siswa yang diajar dengan tidak menggunakan laboratorium bahasa siswa kelas IX IPS SMA Negeri 1 Barru dinyatakan ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, karena  diterima maka penelitian tentang efektivitas penggunaan laboratorium bahasa dalam meningkatkan kemampuan menyimak bahasa Jerman siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Barru dinyatakan berhasil.
Dengan hasil demikian, penggunaan laboratorium bahasa ini merupakan salah satu alternatif dalam pemecahan masalah sulitnya meningkatkan kemampuan menyimak bahasa Jerman bagi siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar